Di Dalam Mobil
“Nn. Ify sudahlah jangan marah lagi. Karena gag biasanya Tn. Muda rio bersikap seperti itu. Dia itu orang yang berwibawa dan sopan santun.” Jelas manajer mangare yang tau perasaan ify sekarang.
“dimananya? Jelas-jelas dia itu… udahlah kelak juga aku gag akan ketemu dia lagi..” jawabnya , “emm manajer mangare sepertinya kita udah salah jalan deh.. ini bukan jalan menuju rumahku.” Kata ify
“Nona, Tn. Dutha dan Ny. Winda sudah pindah kerumah baru... dan sekarang kita akan menuju kerumah baru mereka.” Jawab manajer mangare.
“mereka sudah pindah kerumah baru?” tanya ify
“iya nona.” Jawab manajer mangare.
Lalu mereka sampai dikompleks perumahan elit ..
“waah apa mereka sudah gila? Beli rumah dilokasi elit ini, ada apa dengan mereka?” tanya ify sambil melihat-lihat rumah baru milik kedua orang tuanya itu. Sampai dia melihat sosok perempuan yang sangat ia rindukan .. betapa senangnya dia melihat ibunya. Yah bu winda atau ibu angkatnya yang hendak ingin membuang sampah kedepan..
“ibuuuuu.....” teriak ify
“ifyy..” balas bu winda lalu menghampiri ify dan memeluknya, “ibu kangen nak.” Gumam bu winda masih dalam pelukan ify.
“iya bu ify juga kangen sama ibu.” Jawab ify sambil melepas pelukannya. “ bu rumah ini kalian yang beli? Kalian daapat uang dari mana? Rumah yang begitu bagus tidak beritau aq..” lanjut ify.
“sebenarnya rumah ini hadiah dari Tn. Umari .. katanya sebagai imbalan dari mereka karena membesarkanmu.” Jawab bu winda
“imbalan sebesar ini?” tanya ify tak percaya
“ahh.. emm .. i..iya.” jawab bu winda.
“win... kenapa lama sekali.. buang sampah kan gag jauh-jauh amat.. apa ada tamu?” teriak seseorang dari dalam rumah yang sudah ify kenal. Lalu sosok itu keluar dan betapa tambah senangnya ify ketika tau itu siapa.
“ayaaahh...” seru ify sambil menghampiri ayahnya dan memeluknya.
“ify.. ayah kangen banget sama kamu fy..” lalu melepas pelukannya. “eh sekarang kan tidak panggil kamu ify lagi..” gumam pak dutha pelan.. tapi masih kedengaran oleh ify.
“apa? Kenapa? Apa karena sekarang aku bukan anak keluarga dutha lagi?” tanya ify
“semuanya lebih baik jangan bertengkar disini.. kita masuk dulu.” Perintah bu winda . “Tn. Mangare mau masuk?”
“oh tidak saya disini saja..”
“baiklah saya masuk dulu.. permisi..” pamit bu winda. Manajer mangare hanya membalasnya dengan senyuman kecil.
DI DALAM RUMAH
Bu winda menyediakan makanan untuk mereka sarapan.. tapi tidak satupun dari mereka yang menyentuh makanan itu karena otaknya masing-masing memikirkan masalah yang dialaminya sekarang.
“ada apa dengan kalian? Baru semalam tidak bersama sudah seperti orang asing.. walau sekarang aku anak keluarga umari.. aku juga tetap ify..” gumam ify memulai pembicaraan.
“itu memang benar. Tapi aku selalu merasa kau dan kami adalah orang yang berbeda.” Tanggap pak dutha
“lagipula maksud Tn. Umari adalah agar kami jangan mengganggumu lagi.. terutama untuk sekarang ini.” Tambah bu winda
“tapi menurutku kalian tidak menggangguku.. bukankah kita sekeluarga? Aku tidak mau seperti ini. Lebih baik kita kembalikan rumah ini dan kembali kerumah yang lama.. dan anggap saja ini semua gag terjadi.” Saran ify
“tapii fy..” gumam pak dutha yang menggantungkan kalimatnya karena takut ify tersinggung.
“tapi apa? Kau tidak tega?” tanya ify dengan nada yang mulai meninggi.
“bukan masalah tega atau tidak. Kau kan tau kami bekerja diperusahaan umari jadi...”
“lagipula akan lebih baik bagimu hidup dengan keluarga umari dibanding kami. Setidaknya kau tak perlu mengkhawatirkan biaya sekolahmu. Kau bisa membeli apa yang kau mau..” potong bu winda
“PENIPU!! KALIAN PENIPU!!” teriak ify dan seketika itu pula tangisnya pecah. “baru kemarin kalian bilang sayang padaku.. lalu sekarang dengan begitu mudahnya kalian campakkan aku.. aku seperti dibeli keluarga umari.” Lanjut ify
“ify bukan seperti itu..” gumam bu winda
“memang begitu. Baru diberikan rumah, putri sendiri diberikan kepada mereka. Apa bedanya dengan menjual putri sendiri? Sama aja kan?”
“ify bukan begitu nak..” kata bu winda dan kini butir-butir bening sedang membanjiri pipinya.
“fy, bagaimanapun mereka keluarga kandungmu. Lagipula kau satu-satunya cucu perempuan keluarga umari. Mereka mencarimu belasan tahun. Dan sekarang jika mereka ingin hidup denganmu itu memang seharusnya mereka dapatkan dari dulu karena lau memang cucu kandungnya fy..” pak dutha menasihati ify.
“tapi aku sama sekali tidak mengenal mereka. Aku juga tidak berfikir mereka akan muncul dikehidupanku. Apa kalian tau aku disana sama sekali tidak bahagia? Semua orang disana sangat aneh. Mereka merasa aku hanya ingin merebut harta kekayaan mereka. Aku tidak mau jadi anak keluarga mereka, aku mau jadi anak kalian.” Jawab ify sambil tetap menangis
“sudahlah ify. Ibu tau. Jangan menangis.” Gumam bu winda seraya menarik ify kedalam pelukannya.
“baiklah kalau ify tidak mau pergi.. kita kembalikan saja rumah ini pada Tn. Umari.. diberhentikan ya diberhentikan saja. Aku tidak percaya kalau aku tidak bisa mendapatkan pekerjaan lain.” Tegas pak dutha.
“benar.. kalau difikir-fikir rumah ini kan besar.. jadi aku pasti akan sangat lelah jika harus membersihkannya setiap hari..” tambah bu winda
“benar. Pindah. Segera pindah..” semangat pak dutha.
“ya.. segera pindah.” Sambung bu winda
“emm..pindah sekarang juga.” Seru pak dutha
“pindah sekarang juga.” Bu winda ikut-ikutan.
“ya sekarang ayo kita pindah.”
“harus pindah.”
“oke kalau begitu aku bereskan koper dulu ya..” potong ify lalu pergi meninggalkan mereka untuk mengambil koper-kopernya.
Beberapa detik setelah ify bergegas untuk mengambil koper, pak dutha dan bu winda saling pandang-pandangan.
“apa kita harus cari rumah susun dulu? Rumah susun kita sudah tidak disewakan lagi. Dan juga kita masih harus tulis surat pengunduran diri dulu..” gumam bu winda memulai pembicaraan.
“ah ya masih harus tulis surat pengunduran diri dulu.” Sambung pak dutha.
“ehmm iya..” gumam bu winda
BRUUKKK!!!
“eh ify.. emm ayo kita pindah..” kata bu winda yang menyadari putrinya sedang berdiri dan pasti sudah mendengar pembicaraan mereka.
“ya pindah.” Tambah pak dutha. Lalu mereka menghampiri ify dan berniat untuk mengajak ify keluar dari rumah itu.
“ayah..ibu. sudahlah terima saja. Rumah besar yang sudah kita dambakan begitu lamadan khusus untuk kalian. Tapi ini tidak gratis. Ini pinjaman. Rumah ini dibeli keluarga Dutha dengan meminjam uang dari keluarga Umari. Dengan begitu ayah dan ibu tidak akan dipecat.” Kata ify dan terlihat wajah kelegaaan dari pak dutha dan bu winda. “emm dan juga aku punya alasan untuk tidak tetap tinggal disana.” Lanjut ify
“tapi fy, kalau kau pinjam hutangnya gag sedikit. Belum lagi bunganya.” Kata pak dutha.
“tenang saja. Serahkan padaku. Percuma kan punya saudara yang begitu kaya tak dimanfaatkan..” gumam ify “sudah ya kalau begitu aku pulang dulu kasihan manajer mangare pasti sudah lama menungguku. Dah ibu ayah..” lanjut ify lalu berpamitan. Manajer mangare yang menunggunya diluar hanya menyambut ify dengan senyuman khasnya. Lalu mereka kembali ke kediaman Umari.
MALAM HARI DI KEDIAMAN UMARI
“pinjam uang? Untuk apa?” tanya Emp setelah ify menjelaskan maksud kedatangannya kembali ke kediamannya. (padahal itu kan juga rumahnya sendiri.. haha ify..ify).
“orang miskin punya prinsip sendiri.” Jawab ify lalu mengeluarkan selembar kertas “ini bukti pinjamannya silahkan ditandatangan dan distempel.” Lanjut ify dan memberikan kertas itu pada Emp.
“hmm.. tau bukti pinjaman untuk bernegoisasi denganku. Ternyata memang cucuku..” gumam Emp pelan sambil membaca kertas itu.
“kau bilang apa?” tanya ify memastikan apa yang barusan didengarnya.
“ehm.. tidak apa-apa. Tetapi apa kau bisa melunasinya? Rumah yang aku berikan pada orang tua asuhmu lebih dari 100 juta rupiah.” Tanya Emp setelah membaca kertas itu.
“apa? 100 juta rupiah?” tanya ify tidak percaya.
“iya.. dan karna kau cucuku, kuberi kau diskon.” Negoisasi Emp
“diskon berapa?” tanya ify
“kuberi kau harga 5 juta rupiah dan tanpa membayar bunga.” Jawab Emp.
“baik..setuju. Cepat stempel nanti kau menyesal.”
“ok. Excel.”
“baik Emp. Ini” kata manajer mangare sambil menyodorkan stempel keluarga Umari kepada Emp. Kemudian Emp mengambil stempel tersebut dan ingin menempelkannya pada kertas yang tersedia saat ingin menempel ...
“aaaawwww..” jerit ify karena saat Emp ingin menstempel kertas tersebut tangan ify menghalangi dan jadilah tangan ify yang dicap.
“emm kakek kau pasti punya siasat lain bukan?” tanya ify setelah tangannya dicap.
“ternyata memang benar-benar orang keluarga Umari. Reaksimu cepat sekali. Baiklah, karna kau menganggap ini pinjaman tentu perlu penjamin. Dan kau adalah penjaminnya.” Jelas Emp
“aku?” tanya ify
“iya. Sebelum 5 juta itu dilunasi kau harus tinggal disini batas waktu 5 tahun. Dan jika kau tidak bisa melunasinya kau harus menikah dengan pewarisku.”
“apa? Ingin aku menikah dengan pewarismu?”
“kenapa memangnya? Syaratnya sudah bagus bukan? Hutang lebih dari 100 juta didiskon menjadi 5 juta dan tidak perlu bayar bunga. Apa lagi?”
“bukankah ini sama saja jual diri?” tanya ify (nanya mulu nih haha.)
“baiklah kalau tidak mau. Aku akan menyuruh mereka menerima rumah itu.” Gumam Emp
“tidak bisa. Kalau mereka terima rumah itu bukankah aku harus tinggal disini? Dan pasti mereka tidak akan menganggap aku sebagai putrinya. Kakek kau sangat licik. Apapun keputusanku aku tetap harus tinggal disini.” Jawab ify
“sekarang kau sudah tau seberapa unggulnya keturunan keluarga Umari? Apa aku masih perlu stempel bukti ini?” tanya Emp
“aku fikir dulu.” Jawab ify sambil menarik kembali bukti pinjaman itu.
“fikirkan baik-baik. Agar kelak tidak bilang kakek membohongimu.” Saran Emp sambil mengembalikan stempel itu pada manajer mangare.
‘aneh sekali. Bukannya dia ingin aku tinggal disini? Tapi kenapa setelah aku membayar 5 juta rupiah aku boleh pergi dari sini? Siasat apa yang sedang direncanakan kakek?’ batin ify mulai bertanya-tanya sedangkan otaknya sedang mencari jawaban atas pertanyaannya tadi.
‘ah aku mengerti. Kalau aku menikah dengan orang lain pasti aku boleh pindah dari sini dan kakek tidak dapat menguasai hidupku.tapi jika aku mikah dengan pewaris keluarga Umari maka aku akan selamanya berada dibawah kekuasaan kakek. Rencana apa ini?’ batin ify kembali bertanya.
“bagaimana? Sudah difikirkan baik-baik?” tanya Emp. “Seharusnya tidak terlalu sulit untuk melunasi 5 juta rupiah ini. Tapi kau juga tidak boleh minta bantuan pada orang lain.” Lanjutnya.
‘kakek sudah yakin aku tidak akan bisa melunasi hutangku. Tapi aku masih punya waktu 5 tahun. Kalau aku bekerja keras ini bukan hal yang tidak mungkin. Coba bertaruh saja.’ Batin ify
“baik. Ayo cepat stempel dan tanda tangan.” Suruh ify.
“kakek ingin mengingatkanmu kalau dalam waktu 5 tahun kau tidak dapat melunasi hutangmu kau harus menikah dengan pewarisku. Jangan menyesal.” Saran Emp.
“aku tidak akan melanggar janji.” Jawab ify
“baik. Aku beri sedikit informasi. Kau pasti sudah bertemu dengan Rio dari keluarga Haling kan?” tanya Emp yang hanya dismabut anggukan kepala dari ify “dia yang paling kusukai.. dia pintar, baik, sopan dan dia adalah calon pewaris terbaikku.” Jelas Emp.
Ify membelalakan matanya “apa? Dia calon pewaris terbaikmu?” tanya ify histeris dan Emp hanya mengangguk
“kakek tenang saja. Kalau calon pewaris terbaikmu seperti dia .. kuberi tau walaupun harus banting tulang aku akan melunasi hutang itu dalam waktu 5 tahun.” Jelas ify. Emp heran begitu mendengarnya “Sudahlah kakek cepat tanda tangan dan stempel” suruh ify
“ehm oke.. Excel” jawab Emp
“baik Emp” jawab manajer mangare sambil memberikan stempel pada Emp.. tanpa berfikir lagi Emp langsung menandatangani dan menstempel bukti itu. Setelah selesai bukti itu langsung diberikan pada ify. Ify pun pamit untuk kekamarnya karna hari sudah mulai malam.
“ada apa dengan Rio?” tanya Emp pada manajer mangare tentunya setelah ify keluar dari kamarnya.
“mungkin Tn. Muda Rio sudah tau akan dijodohkan dengan Nn. Ify. Makanya sikapnya agak kurang ramah terhadapnya.” Jawab manajer mangare
“kau pasti pernah mendengar sesuatu yang ditakutkan pasti akan tejadi” gumam Emp
“tak ada yang tak mungkin.” Tambah manajer mangare.
“karna inilah hidup.” Sambung Emp.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
>>>KEESOKAN HARINYA<<<
DIKAMAR IFY
“huft, aku benar-benar tidak nyaman diranjang ini.. apa mungkin karna aku belum terbiasa kalii ya?” gumam ify pada dirinya sendiri
“pagi Nn.” Sapa seorang pembantu yang melihat ify sedang duduk disofa kamarnya.
“ehm.. pagii.” Jawab ify
“Nn. Sarapannya sudah siap.” Tambahnya
“oh baiklah.” Kata ify lalu berjalan menuju tempat yang disediakan dikamarnya. Lalu ify langsung duduk disofanya. ‘dimana-mana ada sofa..’ batin ify
“hmm.. sarapan dikamar seperti yang ada difilm-film” gumam ify pelan.
“Nn. Selamat makan.” Kata pembantu itu. Ify mengambil teh untuk minum “kakek mana?” tanya ify setelah meneguk teh tersebut.
“Emp sedang bermain golf dengan direktur keuangan.” Jawabnya
“main golf dengan direktur keuangan? Ternyata memang orang kaya.” Ify kembali bergumam pelan.
“Nn. Emp menyiapkan pesan rekaman untukmu. Silahkan menonton.” Kata seorang pembantu lagi dan langsung menyetel layar yang sudah ada didepan ify.
3
2
1
“yeee.... gag disangka lo cucu konglomerat NKRI.. hebatt.. dan pastinya lo gag perlu kerja lagi.. Huwaaaaa jadi sedih nih gue.. apa kediaman Umari sangat besar? Dan apa kau sekarang sedang sarapan dikamar seperti yang sering kita bicarakan?” tanya sahabat tercintanya yang tak lain adalah Agni. Senyum ify langsung mengembang mendengar celotehan agni.
“hai fy masih inget gag sama aku? Aku debo kakak kelas kamu di SMP. Maav yah aku selalu menjauhi kamu karna aku yakin kamu bukan orang biasa. Dan sekarang terbukti kan bahwa kamu adalah cucu konglomerat NKRI..” kata seseorang yang ify kenal ya dia Debo kakak kelas ify waktu diSMP. (maav yah gag bisa diceritain masa lalunya)
“fy, masih inget gag sama aku? Aku acha teman sebangku kamu waktu di SD. Dan berhenti sekolah karna terkena tumor otak. Aku dengar kau sangat sedih saat aku berhenti sekolah.. apa benar? Tapi sekarang aku sudah sembuh dan aku udah tunangan dengan Ozy.. itu loh yang dulu sering ngejar-ngejar kamu.. eh jadinya sama aku.. hehe.. san rencananya sih bulan depan aku pergi ke Freenzy dan menetap disana untuk mengikuti Ozy.. aku kangen banget sama kamu fy..” kata acha ya sahabat ify sejak kecil tapi terpaksa harus pindah karna penyakitnya.
“hai ify, masih ingat aku? Aku ozy fy... aku udah tunangan nih sama acha. Kamu kapan nyusul? Hehehe..” kata ozy ‘ihh dasar si ozy dari dulu sampe dekarang masih gag jelas deh kalau ngomong.’ Batin ify
“ifyyyy....... kita kangenn kamuuuu...” teriak teman-teman ify.
Ify hanya tersenyum
“rekaman ini dari mana?” tanya ify
“rekaman ini dari Emp untuk Nn. Dia cemas mungkin Nn. Akan merasa kesepian atau tidak terbiasa. Sehingga menyiapkan pesan rekaman dari teman-teman Nn untuk Nn.” Jawab pembantu itu
‘tak disangka kakek melakukan ini untukku. Mungkin ini bentuk perhatian kasih sayang orang kaya. Benar-benar beda dengan masyarakat biasa. Mungkin kakek tak memiliki maksud apa-apa atas pemberian rumah itu. Hanya sekedar berterima kasih telah membesarkanku.’ Batin ify
“ify.. kangen ibu gag?” tanya seseorang yang sangat ify kenal. Yap bu winda.. ibu asuhnya
“kami baik-baik saja.. kamu tenang ya disana.” Sambung seseorang lagi yang selalu setia ada didekat bu winda,, tentu saja itu pak dutha.
Senyum ify tambah mengmbang mendengar candaan dari ayah dan ibunya.
‘lagipula ini kan hari minggu nanti aku pulang saja kerumah ayah dan ibu. Ternyata jadi tuan putri tidak seburuk yang aku bayangkan.’ Batin ify
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
“kenapa tidak boleh pulang?” tanya ify heran
“Nn. Ify kau bukan tidak boleh pulang untuk mengunjungi orang tuamu. Melainkan kau tau, sekarang kedudukanmu sudah berbeda dengan masyarakat biasa. Emp sangat mengkhawatirkanmu...” jelas manajer mangare
“jadi maksudnya..?” tanya ify. Ify paling gag suka berbelit-belit. To the point aja lah.
“kalau Nn. Ingin pergi, harus ada orang yang bisa dipercaya yang menemanimu..” tambah manajer mangare. Ify semakin pusing apa coba maksudnya.
“itu berarti apa?” tanya ify tidak sabaran.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
“ehm.... kalau bukan ini syarat Emp agar aku bisa pulang aku juga tidak mau pulang denganmu..” gumam ify memecahkan keheningan didalam mobil.
“apa sih tujuanmu berbicara? Bilang saja kau memohon padaku.” Jawab seseorang disamping ify yang merasa tersindir.
‘ih gag tau basa-basi apa? Dasar masa yang kaya gini dibilang calon pewaris terbaik?’ batin ify.. hmm udah tau kan itu siapa? Yap itu Rio,, jadi Emp tuh nyuruh Rio nemenin ify kemanapun kalau ify mau pergi.. ya intinya sih biar mereka tambah deket. Tapi itu malah bikin ify jengkel..
“loh?! Kenapa aku yang memohon padamu?” tanya ify
“bukannya begitu?” balas rio
“tentu saja bukan.” Jawab ify ketus
“baiklah.” Jawab rio singkat “Paman sam kita kembali kerumah, kita gag jadi pergi.” Lanjutnya
“ehh.. paman sam lanjutkan aku tidak berniat untuk pulang.” Bantah ify “hmm.. baiklah anggap saja aku memohon padamu. Terima kasih telah bersedia menemaniku mengunjungi orang tuaku.” Lanjut ify
“hmph.. ngomong gitu aja repot.” Sindir rio
Tidak ada komentar:
Posting Komentar